Foto: Istimewa |
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Berjalan ke kota bagi orang daerah seperti saya adalah tantangan yang berat khususnya terkait moda transportasi. Selain biaya terkait jarak dan waktu tentunya, berbagai keperluan ke kota perlu menjadi pertimbangan terkait ketersediaan moda. Sering kali, perjalanan tersebut harus berbayar dengan menginap di tempat tertentu seperti masjid, rumah warga atau lainnya.
Pada Ahad, 27 Oktober 2024 termasuk kesempatan besar bagi saya mengikuti seleksi CPNS tahap SKD. Maka persiapan sejak jauh hari, walhasil sehari sebelumnya sudah sampai di kota. Selesai tes bersegeralah saya menuju ke arah titik kumpul untuk menunggu bus sesuai jadwal hingga bus datang dan akhimya berangkat.
Suasana sesak tampak jelas di dalam bus DAMRI trayek Palembang-Pematang Panggang, OKI, Sumatera Selatan. Kesesakan menjadi nyata ketika berada di antara puluhan penumpang lain yang satu sama lain berusaha saling mendahului untuk masuk. Kebagian ruang sudah menjadi kesyukuran untuk jadwal pemberangkatan yang paling dekat di sore hari yaitu satu-satunya pada jam 14.30WIB. Jika mau, jadwal selanjutnya adalah besok pagi pada pukul 09.30 WIB.
Senang benar, menjadi salah satu penumpang yang dizinkan untuk ikut menumpang di antara penumpang lain yang sudah lebih dulu mendapat tempat duduk. Beruntungnya, beberapa lainnya diberi bangku tambahan selain yang lain juga dalam posisi berdiri lantaran kondisi penuh dan tidak kebagian bahkan dengan tambahan bangku plastik mungil tersebut.
Bagaimanapun, bus akhirnya melaju. Sepanjang rute perjalan, seperti biasa satu persatu penumpang turun atau berkurang. Jauh sebelum sampai di tempat yang dituju, akhimya terdapat bangku kosong dan giliran saya mendapat tempat. Penumpang di samping yang sejak pertama duduk menyapa dan ternyata adalah juga peserta ujian SKD CPNS di Kementerian yang sama (BAPPENAS).
Singkat cerita, di tengah cerita ringan tersebut, wanita tersebut menanyakan stop kontak yang mungkin tersedia untuk mengecas handphone miliknya. Sebab kadang terdapat beberapa stop kontak di dekat kursi penumpang, namun tidak di bus yang kami tumpang tersebut. Saya pun menawarkan agar di cas di depan di dekat sopir, dia menolak dengan alasan keamanan. Saya pun berinisiatif untuk membantu dengan menanyakan petugas apakah shift depan terdapat bangku kosong, ternyata masih penuh bahkan ada penumpang yang duduk di lantai.
Obrolan kami berlanjut seputar urgensi pengadaan transportasi Jumlah dan kondisi bus yang mumpuni serta ketersediaan fasilitas menjadi poin terkait kebutuhan moda transportasi. Di daerah seperti OKl, tidak seperti kabupaten lain terlebih ibu kota provinsi, jangkauan daerah tertinggal dan transmigrasi adalah bagian penting dalam memenuhi kebutuhan terkait moda transportasi.
Obrolan kami terhenti ketika bus sudah mendekati desa tujuan saya berhenti. Meski bukan desa tempat saya tinggal yang memang berbeda arah, namun lantaran hari terlampau sore menuju gelap, saya berhenti di masjid desa terdekat untuk bermalam. Lantaran pada jam tersebut sudah sangat jarang ada tumpangan, seperti mobil pribadi atau motor yang bersedia mengantarkan ke rumah, jika ada akan ada tawar-menawar harga yang biasa jatuhnya mahal. Maka melanjutkan perjalanan pada besok hari adalah rencana terbaik, saya pun menginap di masjid tersebut sekaligus beristirahat di sana.