Pasangan RHS-AZI |
Pilkada Simalungun 2024 menjadi babak yang penuh dinamika, dengan hasil yang mengejutkan banyak pihak. Pasangan Radiapoh Hasiholan Sinaga (RHS) dan Azi Pratama Pangaribuan (AZI), yang sebelumnya dianggap sebagai kandidat kuat, harus menelan kekalahan. Sebagai sosok yang dikenal baik dan kredibel, banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menjadi penyebab kekalahan pasangan ini?
Setelah dievaluasi, beberapa faktor krusial teridentifikasi, mulai dari kelemahan strategi hingga dinamika internal yang melemahkan tim. Berikut adalah analisis mendalam saya yang pernah terlibat langsung turun ke lapangan tentang penyebab kekalahan RHS-AZI di Pilkada Simalungun 2024:
𝟭. 𝗪𝗮𝗸𝗶𝗹 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗻𝗶𝗹𝗮𝗶 𝗞𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝗸𝘀𝗶𝗺𝗮𝗹
Salah satu kelemahan utama adalah kurang maksimalnya peran wakil, yaitu Azi Pratama Pangaribuan, yang dianggap oleh banyak pihak tidak cukup kuat untuk mendongkrak elektabilitas pasangan ini. Selain itu, Azi dinilai kurang proaktif dalam membangun hubungan dengan masyarakat dan tim kampanye, sehingga perannya dalam memenangkan hati rakyat terasa kurang signifikan.
Di sisi lain, persepsi bahwa wakilnya "𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗮𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝘂𝗮𝗻𝗴" untuk mendukung kampanye, tidak loyal kepada tim yang mendampingi juga menambah tekanan. Dalam sebuah pertarungan politik, dukungan finansial sering kali menjadi salah satu faktor penentu, baik untuk mendukung kegiatan kampanye maupun menjaga soliditas tim.
𝟮. 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗡𝗮𝘀𝗶𝗯 𝗧𝗶𝗺 𝗠𝗲𝗱𝗶𝗮
Media center dan tim wartawan memiliki peran penting dalam membangun citra kandidat, namun di kasus RHS-AZI, masalah ini menjadi salah satu titik lemah. Ketidakjelasan nasib tim media maupun wartawan, baik yang berada di media center maupun yang aktif di lapangan, menciptakan ketidakpuasan dan melemahkan semangat kerja mereka.
Padahal, baik media ataupun wartawan adalah jembatan antara kandidat dan masyarakat. Ketika mereka merasa tidak dihargai secara finansial maupun profesional, hal ini berpotensi merusak kualitas pemberitaan positif dan melemahkan kampanye.
𝟯. 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗸𝗵𝗶𝗮𝗻𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗻𝗮𝗺𝗶𝗸𝗮 𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗻𝗮𝗹 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗟𝗲𝗺𝗮𝗵
Salah satu faktor lain yang menjadi penyebab kekalahan adalah adanya dugaan pengkhianatan di dalam tim. Beberapa anggota tim diduga menjadi mata-mata atau bahkan diduga secara aktif "menggembosi" upaya pasangan ini dari dalam. Diduga ada begitu banyak yang pasang 2 kaki mencari kesempatan. Situasi ini menciptakan suasana kerja yang tidak kondusif dan membuat strategi kampanye menjadi kurang efektif.
Bagi RHS, yang dikenal sebagai sosok baik hati dan kredibel, situasi ini menjadi dilema besar. Ketika ia menyadari adanya pihak yang tidak kredibel di dalam timnya, ia dihadapkan pada keputusan sulit. Memecat mereka di tengah jalan bisa menjadi blunder besar, karena waktu yang tersisa tidak memungkinkan untuk mengatasi dampaknya.
𝟰. 𝗥𝗮𝘀𝗮 𝗣𝗲𝗿𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗗𝗶𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗕𝗲𝗿𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵𝗮𝗻
Rasa percaya diri yang tinggi sering kali menjadi kekuatan, namun dalam kasus ini, hal tersebut justru menjadi kelemahan. RHS terlalu percaya diri pada kekuatannya sendiri, sehingga kurang waspada terhadap ancaman-ancaman internal dan eksternal. Ketika situasi mulai memburuk, langkah-langkah korektif yang diambil tidak cukup untuk memperbaiki keadaan.
𝟱. 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗽𝘂𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗞𝗮𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮
Meski RHS dikenal memanjakan rakyat dan audiens yang ia temui dalam setiap kampanye, ada ketidakpuasan yang muncul dari orang-orang di sekitarnya. Banyak pihak yang bekerja di tim kampanye mengeluhkan nasibnya yang tidak jelas dan perlakuan yang dianggap tidak memadai. Ketidakpuasan ini melemahkan loyalitas mereka, yang akhirnya berdampak pada kekuatan tim secara keseluruhan.
𝗣𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗞𝗲𝗸𝗮𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗥𝗛𝗦-𝗔𝗭𝗜
Kekalahan ini membawa beberapa pelajaran penting:
1. Soliditas tim adalah kunci utama dalam politik. Koordinasi yang baik antara kandidat, wakil, dan tim kampanye harus dijaga dengan serius.
2. Kedepannya, dikesempatan yang akan datang kesejahteraan tim harus menjadi prioritas. Wartawan, relawan, dan semua anggota tim kampanye membutuhkan perhatian yang setara dengan rakyat yang dijadikan fokus utama.
3. Pengawasan internal harus ditingkatkan. Pengkhianatan atau sabotase dari dalam adalah ancaman nyata yang harus diantisipasi sejak awal.
4. Kandidat dan wakil harus saling melengkapi. Wakil yang kurang maksimal dapat menjadi beban alih-alih menjadi penguat.
𝗛𝗮𝗿𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗗𝗲𝗽𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗥𝗛𝗦
Radiapoh Hasiholan Sinaga tetaplah seorang figur yang dihormati dan dianggap kredibel. Kekalahan ini bukan akhir dari segalanya, melainkan peluang untuk introspeksi dan memperbaiki strategi di masa depan. Masyarakat Simalungun masih membutuhkan sosok pemimpin yang peduli dan jujur seperti RHS, dan bukan tidak mungkin ia akan kembali bangkit dengan lebih kuat di masa depan.
Pilkada boleh berakhir, namun perjuangan untuk membangun Simalungun yang lebih baik tetap harus berlanjut. Kekalahan adalah pelajaran, bukan akhir dari segalanya.
Kesimpulan Akhir Penulis, Hampir semua yang diusung Gerindra Menang Telak, sedangkan yang diusung Golkar dan PDIP hampir semuanya kalah, apakah ada Settingan?
Wallahu a'lam bisshowab..
NB: Ini hanya ulasan dan opini penulis, tidak bermaksud mencari pembenaran atau mengklaim ini benar, bisa jadi kami salah menilai, jika ada yang salah mari kita diskusikan di kolom komentar.
Penulis: Zulfandi Kusnomo,C.PW,C.IJ,C.PR
Pemimpin Redaksi Selektifnews.com