-->

Iklan

Menu Bawah

Iklan

Halaman

Pria Ini Bukan Pengemis atau Gelandangan: Leo Tolstoy, Novelis dan Filsuf Rusia yang Menginspirasi Dunia

Redaksi
Sabtu, 16 November 2024, November 16, 2024 WIB Last Updated 2024-11-15T19:27:20Z
Leo Tolstoy (Foto: Istimewa)


Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh dengan ambisi material dan kekosongan spiritual, ada seorang pria yang melangkah di jalur sebaliknya lebih dari satu abad lalu. Pria ini bukan pengemis atau gelandangan, meski kehidupannya mencerminkan kesederhanaan yang radikal. Ia adalah Leo Tolstoy, seorang novelis dan filsuf Rusia yang tidak hanya mengubah dunia sastra tetapi juga mengguncang tatanan moral dunia melalui pemikirannya yang mendalam dan tindakannya yang nyata.


Kehidupan yang Kaya Makna


Lahir pada 9 September 1828, di Yasnaya Polyana, Rusia, Tolstoy berasal dari keluarga bangsawan. Namun, kehidupannya yang nyaman di awal tidak membuatnya merasa puas. Setelah menjalani masa muda yang penuh kebebasan dan pencarian makna, ia mulai menulis karya-karya besar yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penulis terbesar sepanjang masa. Dua novel utamanya, War and Peace dan Anna Karenina, tidak hanya dianggap mahakarya literatur Rusia tetapi juga literatur dunia. Kedua novel ini mengupas tema-tema besar seperti cinta, perang, moralitas, dan kondisi manusia dengan kedalaman yang jarang tertandingi.


Namun, setelah mencapai kesuksesan sebagai penulis, Tolstoy mengalami krisis eksistensial. Ia merasa hampa di tengah kekayaan dan ketenarannya. Perjalanan spiritual ini membawanya pada transformasi mendalam. Ia mulai mencari kebenaran yang lebih tinggi, menggali makna hidup, dan mempertanyakan nilai-nilai masyarakat serta agama formal.


Reformasi Hidup dan Dedikasi untuk Kemanusiaan


Tolstoy memutuskan untuk meninggalkan gaya hidup mewahnya. Ia menjual sebagian besar harta miliknya dan mendonasikannya untuk membantu tunawisma dan orang miskin. Baginya, rumah harus dimiliki oleh mereka yang membutuhkan tempat tinggal, dan makanan harus tersedia bagi mereka yang kelaparan. Gaya hidupnya berubah menjadi sangat sederhana; ia bahkan bekerja di ladang, berpakaian seperti petani, dan hidup dengan apa yang ia hasilkan sendiri.


Ajaran moral dan etikanya tidak hanya tercermin dalam tulisan, tetapi juga dalam tindakannya. Kutipannya yang terkenal, “Jangan ceritakan tentang agama mu kepadaku, izinkan aku melihat agama mu dalam tindakan mu,” adalah bukti nyata bagaimana ia memandang kehidupan. Bagi Tolstoy, agama bukanlah soal kata-kata atau ritual, melainkan tindakan nyata yang mencerminkan cinta kasih dan empati terhadap sesama.


Karya dan Pemikiran yang Abadi


Selain menulis novel, Tolstoy juga menulis esai dan traktat tentang moralitas, perdamaian, dan kehidupan sederhana. Ia adalah seorang pasifis yang teguh dan percaya pada perlawanan tanpa kekerasan sebagai cara untuk menghadapi ketidakadilan. Ide-idenya ini menjadi dasar bagi gerakan perlawanan tanpa kekerasan yang kemudian diadopsi oleh tokoh-tokoh besar seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr.


Sebagai seorang humanis, Tolstoy percaya bahwa manusia sejati adalah mereka yang tidak hanya merasakan sakit mereka sendiri tetapi juga merasakan penderitaan orang lain. Hal ini terlihat dari kutipannya: “Jika kamu merasakan sakit, kau masih hidup. Tapi, jika kamu merasakan sakit orang lain, kamu manusia.” Kutipan ini mengajarkan kita untuk melampaui egoisme dan hidup dengan empati.


Warisan Tolstoy


Tolstoy meninggal pada 20 November 1910, namun warisannya terus hidup hingga kini. Karyanya tidak hanya menginspirasi generasi penulis, tetapi juga menjadi panduan moral bagi banyak orang. Melalui kehidupan dan pemikirannya, Tolstoy menunjukkan bahwa kebesaran tidak terletak pada jumlah kekayaan atau kekuasaan yang dimiliki, tetapi pada sejauh mana seseorang memberikan dirinya untuk melayani orang lain.


Sebagai penulis, filsuf, dan reformis sosial, Tolstoy adalah teladan bagi dunia. Ia membuktikan bahwa kekuatan sejati berasal dari hati yang penuh kasih, pikiran yang tercerahkan, dan tindakan yang tulus. Di dunia yang sering kali terjebak dalam materialisme, Tolstoy mengingatkan kita untuk hidup sederhana, mencintai sesama, dan berjuang untuk kebenaran.


“Pria ini bukan pengemis atau gelandangan.” Kalimat ini adalah gambaran sempurna tentang Leo Tolstoy. Ia memilih hidup sederhana bukan karena kekurangan, tetapi karena keyakinan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kemewahan, melainkan dalam melayani dan mencintai sesama manusia.

Komentar

Tampilkan

Terkini