Oleh: Zulfandi Kusnomo, C.PW, C.IJ, C.PR - Pemimpin Redaksi, Penulis, Konten Kreator, Aktivis
Dalam menjalani profesi sebagai wartawan, kita tak lepas dari berbagai tantangan, baik di lapangan maupun di ruang redaksi. Profesi wartawan penuh dengan dinamika dan tuntutan integritas. Tugas kita bukan hanya mengumpulkan informasi dan menuliskan berita, tetapi juga membawa kebenaran kepada masyarakat. Di tengah proses ini, tak jarang muncul pihak-pihak yang merasa terganggu atau tidak puas dengan apa yang kita sampaikan. Reaksi mereka bisa saja berupa kritik konstruktif, namun sering kali juga dalam bentuk cacian atau serangan yang tidak berlandaskan pada data, bahkan berasal dari orang-orang yang kurang memahami esensi dari apa yang kita lakukan.
Dalam kondisi ini, bagaimana sebaiknya kita bersikap? Bagaimana cara menjaga profesionalisme ketika menghadapi serangan yang tak perlu dari mereka yang menyerang secara emosional dan tidak berdasar? Sebagai wartawan, kita perlu menjunjung tinggi etika dan keprofesionalan, bahkan dalam situasi di mana kita dipojokkan atau diserang secara personal. Inilah beberapa prinsip yang bisa kita pegang.
1. Tetap Berpegang pada Integritas dan Prinsip Profesionalisme
Dalam dunia jurnalistik, integritas adalah fondasi utama. Integritas berarti menuliskan fakta sesuai kenyataan, tidak melebih-lebihkan, tidak memperkecil, serta berusaha seobjektif mungkin. Ketika kita memiliki prinsip yang kuat untuk selalu berpijak pada kebenaran, maka segala serangan atau komentar negatif dari pihak luar tidak akan mudah menggoyahkan kita.
Profesi wartawan sering kali membuat kita berada di tengah pusaran informasi yang memicu opini publik. Namun, justru pada situasi inilah kita harus tetap profesional, yaitu dengan tidak menanggapi hal-hal yang mengganggu fokus kita dalam menjalankan tugas utama sebagai penyampai berita. Menjaga integritas berarti bahwa kita siap menerima kritik, tetapi hanya kritik yang bersifat konstruktif dan berdasarkan fakta. Kritik yang sekadar ingin menjatuhkan atau bersifat menghina tidak perlu dilayani.
2. Menyaring Kritik: Ambil yang Konstruktif, Abaikan yang Tidak Berfaedah
Dalam dunia jurnalistik, kritik adalah hal yang wajar. Kita bisa saja melakukan kesalahan atau kekhilafan, dan kritik yang membangun tentu menjadi masukan yang berharga. Namun, kita juga harus bisa membedakan kritik yang bertujuan untuk memperbaiki dengan serangan yang hanya ingin merusak atau menyudutkan.
Banyak orang mungkin tidak memahami apa yang kita lakukan, dan tidak sedikit yang memiliki persepsi sendiri terhadap berita yang kita sampaikan. Saringlah kritik yang masuk, dan fokus pada hal-hal yang bisa membangun diri kita menjadi lebih baik. Kritik yang baik akan datang dari orang-orang yang mengerti esensi jurnalistik, yang mampu mengarahkan kita pada hal-hal yang perlu diperbaiki. Sedangkan, serangan yang hanya sekadar ungkapan kebencian tidak perlu mendapat tempat dalam pikiran kita.
3. Hindari Merespons Emosi dengan Emosi
Menanggapi serangan dengan amarah atau emosi hanya akan menguras energi dan waktu. Sebagai wartawan, kita diharapkan memiliki kemampuan untuk berpikir tenang dan jernih meski dalam tekanan. Mengingat bahwa tugas kita adalah menyajikan informasi, bukan berdebat atau menanggapi hal-hal yang tidak relevan.
Ketika kita merespons serangan emosional dengan cara yang sama, kita justru menurunkan standar profesionalisme kita. Dunia jurnalistik adalah tentang menjaga citra diri dan lembaga, dan sebagai wartawan, kita menjadi wajah dari media tempat kita bekerja. Setiap kata atau sikap yang kita tunjukkan mencerminkan profesionalitas yang kita miliki.
Ingatlah bahwa energi dan waktu yang kita habiskan untuk merespons hal-hal negatif bisa kita alihkan untuk hal-hal yang lebih produktif, seperti memperdalam investigasi atau menulis berita yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Tanggapi segala sesuatu dengan kepala dingin, karena tidak semua hal perlu kita tanggapi, terutama jika hal tersebut hanya akan membuat kita terjebak dalam konflik yang tidak produktif.
4. Berfokus pada Tanggung Jawab: Menyajikan Berita yang Akurat dan Bermakna
Menjadi seorang wartawan bukan hanya pekerjaan, tetapi juga amanah yang harus dipikul dengan penuh tanggung jawab. Ketika kita menyadari tanggung jawab besar ini, segala bentuk cacian dan hinaan menjadi hal yang kecil dibandingkan tujuan besar yang ingin kita capai: membawa kebenaran dan informasi yang bermakna kepada publik.
Berita yang akurat dan berdasar pada data yang valid adalah fokus utama kita. Sering kali, orang-orang yang menyerang atau mencaci mungkin tidak memahami kedalaman dan kesulitan yang kita hadapi dalam proses investigasi dan penyusunan berita. Namun, sebagai wartawan, kita memiliki tanggung jawab untuk tetap menyajikan berita yang faktual dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan berfokus pada tugas ini, kita bisa mengabaikan hal-hal yang mengganggu profesionalisme kita. Kritik atau serangan yang tidak mendasar hanya akan menjadi gangguan jika kita memfokuskan perhatian pada hal tersebut. Sebaliknya, jika kita fokus pada tanggung jawab yang lebih besar, kita akan terlatih untuk melihat hal-hal negatif sebagai ujian yang harus kita lalui dengan kesabaran.
5. Memahami Peran Media dalam Membentuk Opini Publik
Sebagai wartawan, kita berada di garis depan dalam membentuk opini dan persepsi publik. Kita menyajikan informasi yang kemudian diterima dan dipersepsi oleh masyarakat. Karena peran inilah, banyak orang yang mungkin merasa tersentuh atau terprovokasi oleh berita yang kita sampaikan. Pemahaman ini seharusnya menambah kedewasaan kita dalam menghadapi tanggapan atau reaksi publik yang beragam.
Terkadang, berita yang kita tulis akan menuai kritik karena menyentuh isu-isu yang sensitif. Namun, itulah risiko yang melekat pada profesi kita. Alih-alih merasa tertekan atau tersinggung, pahami bahwa reaksi beragam ini adalah konsekuensi dari profesi yang kita pilih. Menjadi wartawan adalah menjadi seorang pelayan masyarakat yang mengabarkan kebenaran, bahkan ketika kebenaran itu menyakitkan bagi sebagian orang.
6. Menjalin Dukungan dengan Sesama Profesional
Dalam menghadapi kritik atau serangan, dukungan dari rekan seprofesi bisa sangat membantu. Kita perlu memiliki lingkungan yang mendukung, baik di dalam redaksi maupun dalam komunitas jurnalistik secara umum. Diskusi dan saling berbagi pengalaman dengan rekan-rekan wartawan lain akan membantu kita menemukan cara terbaik untuk menghadapi tantangan.
Komunitas jurnalis adalah tempat di mana kita bisa saling menguatkan dan berbagi cara mengatasi tekanan. Bersama-sama, kita bisa membangun etika profesional yang kuat dan menjaga citra positif profesi wartawan. Dengan dukungan ini, kita juga menjadi lebih siap dalam menghadapi segala bentuk tekanan eksternal.
7. Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik
Tekanan dari pekerjaan ditambah dengan serangan dari pihak luar bisa berdampak pada kesehatan mental. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental adalah hal yang penting. Beristirahat sejenak, berbicara dengan rekan atau keluarga, atau bahkan melakukan aktivitas di luar pekerjaan bisa menjadi cara efektif untuk menenangkan diri.
Sebagai wartawan, kita harus selalu berada dalam kondisi mental yang sehat agar dapat membuat keputusan yang tepat dan menulis dengan jernih. Jagalah kesehatan fisik dan mental agar kita tetap bisa bekerja secara optimal, tanpa terganggu oleh stres atau tekanan dari luar.
8. Menyadari Bahwa Orang Lain Tidak Akan Selalu Sepakat
Tidak semua orang akan menyukai kita atau setuju dengan apa yang kita tulis. Ini adalah realitas yang harus kita terima. Orang-orang memiliki pandangan, kepentingan, dan pengalaman yang berbeda, yang mempengaruhi cara mereka bereaksi terhadap berita yang kita sajikan. Dengan menyadari hal ini, kita akan lebih mudah untuk tidak tersinggung atau terpengaruh oleh komentar negatif.
Pada akhirnya, menjaga profesionalisme sebagai wartawan adalah tentang berpegang pada integritas, bekerja dengan dedikasi, dan tetap berfokus pada tujuan utama dari profesi kita. Kritik dan hinaan dari orang yang tidak memahami atau tidak menyukai kita seharusnya tidak menjadi hambatan dalam melaksanakan tugas kita. Justru, hal ini bisa menjadi motivasi untuk terus menyajikan berita yang benar, akurat, dan bermakna.
Menjadi seorang wartawan adalah panggilan untuk membawa kebenaran, dan tidak semua orang akan siap atau nyaman dengan hal tersebut. Teruslah menjaga profesionalisme, abaikan hal-hal yang tidak perlu, dan ingatlah bahwa kita bekerja untuk masyarakat, bukan untuk menyenangkan semua orang.