Banjar di Bawah Sultan Mustain Billah: Menghalau Invasi Tuban dan Arosbaya |
Pematang Siantar, Selektifnews.com --- Pada awal abad ke-17, Kesultanan Banjar yang berpusat di Karang Intan, Martapura, menjadi salah satu kekuatan besar di nusantara. Saat itu, Kesultanan Banjar berada di bawah kepemimpinan Sultan Mustain Billah, seorang penguasa yang berhasil mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari ancaman kerajaan-kerajaan lain. Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Banjar adalah upaya invasi dari Tuban (di Jawa Timur) dan Arosbaya (di Madura) yang terjadi pada tahun 1615 M.
Latar Belakang Konflik
Setelah melemahnya pengaruh Kesultanan Demak, raja-raja lokal di Jawa dan Madura mulai bersaing untuk memperluas kekuasaan mereka. Tuban dan Arosbaya, sebagai dua kekuatan yang muncul dari situasi ini, melihat peluang untuk menggantikan dominasi Demak di Kalimantan. Ambisi ini membawa mereka untuk menyerang Kesultanan Banjar, yang saat itu sudah memiliki pengaruh kuat di wilayah Kalimantan Timur dan Barat.
Raja-raja Tuban dan Arosbaya menuntut Banjar tunduk di bawah kekuasaan mereka. Namun, Kesultanan Banjar, yang memiliki kekuatan militer besar, tidak tinggal diam menghadapi ancaman ini.
Pertahanan Kesultanan Banjar
Sultan Mustain Billah dikenal memiliki pasukan besar yang berjumlah lebih dari 50.000 orang. Menurut laporan Belanda, pasukan Banjar berhasil mematahkan serangan dari Tuban dan Arosbaya melalui strategi militer yang kuat dan pemanfaatan keunggulan geografis. Pasukan Banjar tidak hanya bertahan, tetapi juga melancarkan serangan balasan yang melemahkan kekuatan musuh.
Keberhasilan ini tidak hanya mempertahankan kedaulatan Banjar, tetapi juga memperkuat posisinya di wilayah nusantara. Hal ini membuat kerajaan-kerajaan lain di Kalimantan, seperti Pasir, Berau, Kutai, Landak, Sukadana, Mempawah, dan Sambas, mengakui kekuasaan Kesultanan Banjar.
Akhir dari Ambisi Tuban dan Arosbaya
Meskipun terus berusaha, Tuban dan Arosbaya gagal menaklukkan Banjar. Pada tahun 1619, ambisi kedua kerajaan tersebut berakhir ketika mereka ditaklukkan oleh Sultan Agung dari Mataram. Peristiwa ini menjadi bagian dari upaya ekspansi politik Sultan Agung untuk menyatukan Jawa dan sekitarnya di bawah kendalinya.
Pengaruh Kemenangan Banjar
Kemenangan Kesultanan Banjar dalam menghadapi invasi ini menunjukkan kekuatan militer dan diplomasi Sultan Mustain Billah. Tidak hanya berhasil mempertahankan wilayahnya, Banjar juga mengukuhkan diri sebagai kekuatan regional. Beberapa kerajaan di Kalimantan mengakui pertuanan Kesultanan Banjar, menjadikannya salah satu kerajaan yang dapat digolongkan berbentuk kekaisaran pada masanya.
Keberhasilan ini juga menjadi cikal bakal pengaruh politik dan agama Kesultanan Banjar yang terus bertahan hingga abad-abad berikutnya. Dalam konteks sejarah nusantara, pertahanan Banjar dari Tuban dan Arosbaya menegaskan pentingnya peran Kalimantan sebagai bagian integral dari dinamika politik di nusantara.
Invasi Tuban dan Arosbaya ke Kesultanan Banjar pada tahun 1615 M mencerminkan persaingan kekuasaan di nusantara setelah runtuhnya dominasi Demak. Dengan kekuatan militer yang besar dan kepemimpinan Sultan Mustain Billah, Banjar mampu menghalau ancaman tersebut, memperkuat posisinya di Kalimantan, dan menjaga kedaulatan wilayahnya dari ancaman eksternal.
Peristiwa ini tidak hanya memperlihatkan keberanian Banjar dalam mempertahankan kedaulatan, tetapi juga menggambarkan dinamika politik nusantara yang penuh persaingan pada masa itu.
Referensi:
1. J.K.J. de Jonge dalam Hermanus Johannes de Graaf, *Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung*, Grafitipers, 1986.
2. Ahmad Suriadi, *Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam Dinamika Politik Kerajaan Banjar Abad XIX*, Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Antasari, 2014.