"Dear Mega,
"Aku berkata pada diriku sendiri untuk sedikit menunggu sebelum menuliskan ini, karena setiap kali aku memulai, aku mulai menangis. Tapi, baiklah, kini kulakukan...
"Tuhan tak bisa meletakkan sosok yang lebih sempurna di sisiku dalam perjalanan seperti ini. Kita berdua datang bagai bayi, bisa kau bilang begitu... Budaya voli yang biasa kita arungi tadinya sangat santai, dan ramah. Aku pun tak selalu menggunakan kata-kata ini untuk menggambarkan voli di V-League.
"Sekalinya kita mulai latihan, aku tahu aku punya banyak hal yang harus dipelajari dan dikembangkan, secara mental dan fisik. Aku tadinya sangat tertekan setiap hari dan kerap kelewat kepikiran soal segala hal, serta meragukan kemampuanku untuk bertahan sepanjang musim.
"Tapi kau... Kau selalu menemukan senyum dan tawa di setiap situasi. Kau juga kelelahan sepertiku dan kita berbagi perasaan bersama, tetapi kau selalu sangat tenang dan menghadapi hari demi hari dalam satu waktu.
"Salah satu hal yang kukagumi darimu adalah kepercayaan dan cintamu yang luar biasa pada hidup. Kau benar-benar bersikap hangat kepada semua orang di sekelilingmu, tak peduli bahasa apa yang mereka gunakan. Aku syok ketika pertama kali tiba, kau berada di tengah-tengah sekelompok gadis Korea, tertawa dan mengobrol dengan mereka seolah kau bisa berbahasa Korea!
"Aku akan selalu mengenang frasa kita bersama seperti 'Ewwwwrrrr', 'What the heck?!', 'Crap', dan selalu menjadi yang terakhir makan di kafetaria, mentertawakan beberapa hal bodoh yang kita bicarakan.
"Aku tahu kita tak pernah harus mengucapkan selamat tinggal, tak peduli ke mana hidup menuntun kita. Ini hanyalah ucapan terima kasih di hadapan dunia karena kau telah menjadi dirimu sendiri, dan selalu berada di sisiku selagi kita berjuang melalui musim ini bersama, bergandengan tangan. Aku tak tahu bagaimana melakukannya tanpamu.
"Aku menyayangimu, adik kecilku yang lucu. Aku akan segera berjumpa denganmu."