-->

Iklan

Menu Bawah

Iklan

Halaman

17 Tahun Jadi Tenaga Honor, Kini Mimpi Juliani Jadi PNS Pupus Sudah, Simak Kisah Pilunya

Redaksi
Jumat, 01 September 2023, September 01, 2023 WIB Last Updated 2023-08-31T18:55:39Z
Juliani tenaga honorer di SD Negeri 024 selama 17 tahun mengajar hingga kini belum memiliki kesempatan untuk jadi PNS atau PPPK


MADINA, SELEKTIFNEWS.COM - Hasrat untuk jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian banyak orang. Banyak orang mengabdikan diri untuk negeri sebagai tenaga honorer dengan harapan dikemudian hari bisa diangkat menjadi PNS. Usai menyelesaikan sekolah ijazah disodorkan untuk menjadi tenaga honorer sebelum ada penerimaan PNS dan banyak juga yang mencoba ikut melamar jadi PNS. 


Bicara tenaga kerja honorer di satuan kerja perangkat daerah ( SKPD) bisa dipastikan belum memenuhi Upah Minimun Kota (UMK), namun banyak juga yang bertahan mmengabdikan diri dengan menjadi tenaga honorer dengan harapan kelak nantinya ada pengangkatan. Namun kini harapan untuk menjadi PNS dianggap sudah sirna dikarenakan telah diganti dengan tenaga kerja pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja ( PPPK). PPPK juga pun masih merupakan impian banyak orang termasuk tenaga honorer guru.


Banyak tenaga honorer yang mengabdikan diri sebagai guru dengan waktu yang lama banyak juga yang tempo yang lebih singkat sudah menjadi PNS atau PPPK. Seperti halnya dengan Juliani (50) warga Desa Simaninggir, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara yang sudah mengabdikan diri sebagai tenaga honorer di SD Negeri 024 selama 17 tahun mengajar dan mirisnya hingga kini belum memiliki kesempatan untuk jadi PNS atau PPPK.


Juliani merupakan honorer tenaga kerja sukarela ( TKS ) di SDN 024  baru-baru ini dan sebelumnya merupakan honorer komite sekolah. Gaji satu juta rupiah sebulan dengan waktu penggajian tidak tentu setiap bulannya dinilai kurang mencukupi untuk kebutuhan hidup, sebab suaminya sendiri sedang dalam keadaan sakit stroke. Juliani dan suaminya merupakan pasangan janda dan duda yang sebelumnya memiliki pasangan masing-masing. Mereka memiliki anak masing dari perkawinan mereka terdahulu dan satu anak dari perkawinan mereka yang sudah berumur 13 tahun (kelas VI SD).


Gaji satu juta rupiah perbulan dinilai sangat kurang untuk kebutuhan hidup mereka dikarenakan suaminya masih terus berobat stroke dan kebutuhan lainnya. 


Juliani dan keluarga tinggal di perumahan SDN 024 Simaninggir karena tidak mampu mengontrak rumah. Baru-baru ini mereka membuka kantin di sekolah tersebut yang sebelumnya kantin tersebut dikelola seorang guru di sekolah tersebut kemudian guru tersebut pindah tugas karena sudah jadi PPPK.


Sejak tahun 2006 Juliani mengabdikan diri menjadi tenaga honorer pengajar di salah satu SD di kelurahan Siabu namun akhirnya pindah ke SDN 024 Simaninggir. Juliani merupakan lulusan PGSD D2 dan tak sanggup lagi melanjutkan sekolahnya untuk jadi sarjana (S2) dikarenakan kebutuhan hidup. Pindahnya Juliani dari SD Siabu tersebut ketika pada tahun itu ada pengangkatan PNS namun kepala sekolahnya tidak bisa membantu beliau untuk pemberkasan CPNS.


Berulang kali ada pengangkatan/pelamaran PNS dan PPPK berlalu namun Juliani tidak bisa mengikuti momen itu dikarenakan ijazah pendidikannya tidak memenuhi syarat. Untuk pengangkatan PNS dan PPPK untuk guru wajib S1 , dan hal itu jadi penghalang Juliani tidak bisa ikut melamar.


Kisah pilu itu semua diceritakan Juliani kepada Ringgo Siregar Ketua Karang Taruna Kecamatan Siabu di Kantin SD 024 Simaninggir, Kamis, (31/08/2023).


"Banyak hal pilu yang diungkapkan Juliani kepada saya tentang kehidupannya termasuk nasibnya sebagai guru honorer selama belasan tahun ini," beber Ringgo


Diterangkannya kehidupan Juliani sebagai tenaga honorer kepada Ringgo dikarenakan Ringgo merupakan salah satu pengurus Forum komunikasi Tenaga Honor Sekolah Negeri - Satuan Kerja perangkat daerah (FKTHSN-SKPD) Kabupaten Madina.


"Dia menjelaskan hal itu dikarenakan dari dulu kita bersama berjuang untuk nasib tenaga honorer. Banyak yang sudah satu payung bersama kita sudah jadi PPPK dan PNS," lanjutnya


Ringgo melihat nasib Juliani ini sungguh miris dan butuh perhatian dan meminta persatuan guru Republik Indonesia ( PGRI) Kabupaten Madina memprioritaskannya. Tangisan Juliani dikatakan Ringgo sangat membuat iba dirinya.


"Kita meminta kementerian pendidikan juga mengkaji dan menimbang kembali nasib para guru-guru yang sudah lama mengabdikan diri untuk negeri ini dengan gaji yang cukup kecil." imbuhnya


Dikatakan Ringgo, Juliani menangis pilu melihatnya nasibnya sudah belasan tahun mengabdi diri, namun yang masih umur belia mengabdi yang ikut diangkat PPPK. Kantin di SD itu  juga bisa dikelolanya disebabkan pengurus lama sudah PPPK. 


Diluar ada pengangkatan PPPK Ringgo juga berharap ada perhatian pemerintah Madina untuk kelayakan hidupnya yang saat ini hanya bisa hidup mengandalkan dari gajinya sendiri dikarenakan suaminya dalam keadaan sakit stroke.


"Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa kini saatnya mereka diberikan penghargaan dan butuh perhatian. Mereka belasan tahun ikut mencerdaskan anak bangsa patut diberikan imbalan," tutupnya .


Penulis : Magrifatulloh lubis

Komentar

Tampilkan

Terkini