SEMARANG, SELEKTIFNEWS.COM -- Stasiun Tuntang (TTG) merupakan stasiun kereta api yang terletak sesuai dg namanya yaitu di kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, atau kawasan wilayah perbatasan Kabupaten Semarang dg Kota Salatiga.
Stasiun kelas III yang terletak pada ketinggian ±464 m ini, masuk dalam Daerah Operasi (DAOP) IV Semarang. Dan Kini, stasiun tuntang berada dalam kawasan Museum Ambarawa.
Dalam sejarahnya, Stasiun ini dahulu dibangun pada tahun 1871 dan pada 21 Mei 1873 sudah mulai dioperasikan. Namun, semenjak jalur yang menghubungkan Yogyakarta dan Kedungjati pada tanggal 1 Juni 1970 ini ditutup, Stasiun Tuntang dijadikan museum.
Bangunan stasiun yang ada saat ini adalah generasi kedua yang berasal dari tahun 1905 ketika Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun stasiun-stasiun baru.
Gaya arsitektur stasiun ini mirip dengan Stasiun Bringin. Keduanya memiliki kesamaan gaya arsitektur "Chalet NIS" yang diperkenalkan NIS pada rancangan stasiun-stasiun barunya pada awal abad 20.
Dahulu, stasiun ini pernah dijadikan tempat transit dari layanan bus milik NIS yang memiliki trayek Stasiun Tuntang-Kota Salatiga. Pada 1921, layanan bus tersebut kemudian diakuisisi oleh perusahaan otobus swasta Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO).
Stasiun sempat dinonaktifkan pada tahun 1976 karena jalur ini kalah bersaing dengan moda transportasi lain. Tetapi saat baru ditutup, sempat melayani kereta wisata Ambarawa-Tuntang. Sayang, hal tersebut tak berlangsung lama karena faktor rel yang rusak.
Sebelumnya, jalur sempat mangkrak ketika layanan kereta wisata ke Tuntang dihentikan, tetapi jalur kembali dibuka tahun 2002 setelah direnovasi. Awalnya, stasiun ini hanya dapat melayani lori Ambarawa-Tuntang, tetapi pada 2009 stasiun ini direnovasi dan kemudian melayani kereta uap wisata lagi.
Ada sebuah catatan yang menyebut bahwa penyair asal Prancis, Arthur Rimbaud, datang ke Jawa Tengah melalui stasiun ini pada 1876 untuk bergabung dengan KNIL di Salatiga.
Ragil74.
sumber : jendela jateng & Diy