INHIL, SELEKTIFNEWS.COM -- Selain di Desa Kuala Sebatu dan Desa Pasir Emas Kecamatan Batang Tuaka, banjir juga merendam permukiman warga Desa Sialang Panjang, Kecamatan Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir.
Ada sebanyak 33 rumah warga dari tiga dusun yang terdampak banjir di Desa Sialang Panjang ini.
Saat ini, korban banjir terpaksa diungsikan sementara ke rumah keluarga atau tetangga yang tidak terendam banjir.
"Kendalanya saat ini warga susah untuk mendapatkan air bersih dan banyak warga terkena gatal-gatal dan kutu air," keluh M. Juber, Kepala Desa Sialang Panjang Kecamatan Tembilahan Hulu, Selasa, (2/11/2022).
Atas musibah yang menimpa warga Desa Sialang Panjang ini, aparat desa berharap mendapat perhatian serius dari Pemda Inhil.
Selain curah hujan tinggi atau meluapnya Sungai Batang Tuaka, pembuangan limbah dari perusahaan sawit yang berada di wilayah tersebut diduga turut memperparah kondisi banjir selama ini.
Perusahaan sawit itu diduga telah membuat kerusakan lingkungan. Dimana limpahan air areal perusahaan mengalir ke Desa Kuala Sebatu, serta sejumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan industri perusahan tersebut. Seperti Desa Pasir Emas dan Desa Sialang Panjang.
Ketua Aliansi Pemuda dan masyarakat Desa Kuala Sebatu, Hasanuddin mengaku, menyaksikan sendiri lebih dari 10 kanal perusahaan itu tembus ke Desa Kuala Sebatu.
"Pembuangan perusahaan ini tidak ada ke lain tempat. Hanya kepada kami. Pembuangan di desa kami itu buntu. Selain buntu, hanya ada satu pembuangannya di simpang parit 1 Sialang Panjang," kata Hasanuddin kepada wartawan, Selasa.
Ia meminta agar perusahaan tidak mengalirkan air ke arah Desa Kuala Sebatu dan Pasir Emas atau diminta membuat kanal gajah.
Selain itu, kata dia, apabila terjadi luapan air, pihak perusahaan tidak membuka pintu tanggul, serta melakukan normalisasi dan perawatan sungai dari Desa Kuala Sebatu sampai ke Desa Sungai Raya.
"Akibat banjir ini, di Kecamatan Batang Tuaka hampir 1.500 petani kehilangan mata pencaharian akibat lahan pertanian mereka rusak parah, bahkan tidak produktif lagi untuk dikelola," sebut Hasanuddin. (mhd)