PONOROGO, SELEKTIFNEWS.COM -- Setelah pemberontakan di Madiun gagal, Musso bersama Amir Sjarifuddin dan pentolan PKI lain melarikan diri ke Ponorogo. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan pelariannya ke Pacitan.
Pada tanggal 31 Oktober 1948, Musso dihentikan oleh dua orang keamanan desa ketika berjalan kaki di Desa Balong. Pihak keamanan desa curiga dengan penampilan Musso yang bersih. Musso melawan ketika dimintai surat-surat dan menembak petugas yang memeriksanya, lalu kabur setelah merampas sebuah sepeda.
Musso kemudian merampas sebuah delman dan bersama pengawalnya, mereka kabur sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso kemudian memberhentikan sebuah mobil dengan menodongkan pistol. Kali ini Musso bernasib sial, mobil yang ia rampas tidak bisa hidup dan ia berlari ke arah desa.
Ia masuk ke sebuah rumah dan bersembunyi di dalam kamar mandi, sementara pasukan TNI yang dipimpin Kapten Sumadi telah mengepung. Pengepungan tersebut tidak bermaksud menembak mati Musso, melainkan menangkapnya hidup-hidup. Musso diminta untuk menyerah, tapi ia tetap bersikukuh melawan. Tentara pun memberondong kamar mandi dan Musso tewas bersimbah darah. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo dan dipertontonkan sebelum kemudian dibakar.
ragil74 ( sumber memoar republik )