SUKOHARJO, SELEKTIFNEWS.COM -- Devita Putri Mariyana, 27, mengaku menghabiskan sedikitnya Rp850.000 per bulan untuk ongkos perjalanan nglaju Solo-Jogja bersama suaminya, Iqbal Dwi Rian, 28.
Uang untuk biaya naik Commuterline KRL Solo-Jogja Rp16.000 per hari dikalikan 20 hari (Rp320.000). Lalu biaya penitipan sepeda motor di Stasiun Solo Balapan Rp240.000 per bulan.
Ditambah biaya bahan bakar minyak (BBM) untuk sepeda motor yang dititipkan di Stasiun Maguwo Rp145.000 per bulan dan biaya BBM sepeda motor yang dititipkan di Stasiun Solo Balapan Rp145.000 per bulan.
ASN yang bekerja sebagai salah satu staf Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Solo mengakui biaya nglaju Solo-Jogja memang cukup besar. Apalagi jika digabungkan dengan ongkos KRL suaminya yang juga ASN Pemkot dan nglaju Jogja-Solo.
Ia pun sudah pernah berpikir untuk membeli rumah di sekitar Solo agar lebih dekat ke kantor dan perjalanannya lebih muda. Namun, meski memiliki penghasilan tetap dan tunjangan bersama suaminya, untuk membeli rumah dirasa Devita masih butuh upaya besar.
Apalagi dengan harga tanah dan bangunan di Kota Solo yang tergolong tinggi bagi ASN. Devita pernah mencari lahan di kawasan Palur sebelum berinvestasi lahan 150 meter persegi di sekitar Mojosongo, Jebres, Solo, pada 2021.
Harga tanah yang ia beli saat itu sekitar Rp250 juta. Mencari lahan dengan harga segitu di Kota Solo cukup sulit bagi Devita dan Iqbal. “Masih mengangsur juga enggak bisa beli full. PNS kan bisanya utang, dari mana duitnya,” katanya.
Mewujudkan keinginan punya hunian dekat kantor, bagi ASN yang nglaju Solo-Jogja itu membutuhkan perjuangan. Butuh proses lagi untuk mendirikan bangunan yang layak huni. “Sulit ya [beli properti] harus mengencangkan ikat pinggang. Soalnya saya setiap hari nglaju. Biaya transportasinya enggak sedikit. Ya lumayan kalau dihitung,” lanjutya
(Ragil74)