-->

Iklan

Menu Bawah

Iklan

Halaman

Belajar Seni Menghargai Diri Sendiri Dari Buku How To Respect Myself

Redaksi
Selasa, 13 September 2022, September 13, 2022 WIB Last Updated 2022-09-13T09:30:58Z

 


”How to Respect Myself” merupakan buku yang ditulis oleh *Yoon Hong Gyun*, seorang dokter spesialis kejiwaan asal Korea Selatan. 
Yoon Hong Gyun menuliskan buku ini dengan latar belakang pengalaman pribadinya menangani para pasiennya. Terdapat banyak pasiennya yang memiliki keluhan tidak percaya diri, insecure, dan semacamnya.


Ada tiga sosok ‘aku’ di dalam pikiran kita. ‘Aku yang rendah diri’, ‘Aku yang menekan’, dan ‘Aku yang mencintai’. Ketiga sosok yang berbeda-beda ini ada dalam diri kita.

‘Aku yang rendah diri’ dan ‘Aku yang menekan’ selama ini selalu berkelahi. ‘Aku yang rendah diri’ biasanya aktif di siang hari, sedangkan ‘Aku yang menekan’ aktif di malam hari. Kita bekerja, belajar, dan bertemu dengan orang yang rendah diri. Lalu saat malam datang, ‘Aku yang menekan’ akan terbangun. la akan mengkritik, ‘Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa hanya itu yang bisa kamu lakukan?’ ‘Aku yang rendah diri pun kian lama kian menyusut. Inilah yang membuat harga diri semakin lama semakin rendah.


Selama perkelahian keduanya terus berulang, ‘Aku yang mencintai semakin kehilangan tempat untuk berdiri. Lenyapnya ‘Aku yang mencintai inilah yang menyebabkan kita tidak bisa mencintai diri sendiri. Energi kita menghilang dan kesadaran kita raib nun jauh di sana.


Mencintai diri sendiri bukanlah sesuatu yang baru. Kita hanya menghadirkan kembali ‘Aku yang mencintai yang telah memudar. Kita hanya perlu mengawinkan ‘Aku yang rendah diri’ dengan ‘Aku yang mencintai. Entah kita sendiri atau dokter yang menjadi penghulunya untuk mengatakan, “Kalian harus saling mencintai sampai maut memisahkan’. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk memanggil kembali ‘Aku yang mencintai?

Memanggil ‘Aku yang Mencintai’

‘Aku yang menekan’ memonopoli diri kita secara perlahan. la mendirikan tembok yang mengelilingi ‘Aku yang rendah diri’. Aku mencegat semua orang yang datang membawa cinta dan pesan-pesan yang menyemangati. Namun demikian, bukan berarti cinta dari ‘Aku yang mencintai telah membeku. Cinta iu tetap kuat dan konsisten. ‘Aku yang mencintai terus-menerus mengirim pesan kepada kita. Kita akan bahagia dan tumbuh bila mendengarnya. Kita akan merawat diri kita dengan penuh kasih sayang.


Masalahnya adalah tembok penghalang. ‘Aku yang rendah diri’ terpenjara dalam jeruji yang dipasang dengan kokoh oleh ‘Aku yang menekan’. Oleh karena itu, ia tidak bisa menerima pesan yang dikirimkan oleh ‘Aku yang menciniai. Jika bisa mendengarnya, ‘Aku yang rendah diri pasti bisa tumbuh. la bisa menembus benteng karena telah menjadi kuat dan bijak.


Sirkuit otak yang sudah matang memiliki kelenturan (flexibility). Itu sebabnya kita menunjukkkan reaksi yang lunak terhadap stimulus. Kita mampu untuk tidak merasa kecut sebelum presentasi meskipun jantung berdebar-debar dan keringat dingin mengucur. Ini terjadi bila ‘Aku yang mencintai mampu menerobos benteng untuk menyampaikan pesan secara langsung. “Tidak apa-apa! Siapa pun akan gugup sebelum presentasi. Lagipula, setengah lebih dari pendengar pasti mengantuk. Kamu hanya perlu membaca slide show yang sudah kamu siapkan. Tidak ada juga yang akan peduli meskipun suaramu bergetar”. Kita hanya perlu menghibur diri seperti ini.


Mendengarkan Pesan dari ‘Aku yang Tercinta’

“Mari kita sedikit berandai-andai. Katakan ada seseorang yang mencintai Anda dengan tulus. la benar-benar pasrah seutuhnya kepada Anda. la seperti terlahir untuk mencintai Anda. la bisa jadi manusia, bisa jadi roh gentayangan, dan bisa jadi kucing ataupun anjing. Pokoknya, ia memberikan Anda cinta yang sempurna.


Kira-kira saat ini apa yang akan dia katakan kepada Anda? Apa yang akan ia utarakan kepada Anda yang sedang lelah, yang menderita karena luka, yang sedang kecewa karena merasa selalu gagal?” 

Kita dapat mengetahui apa yang dikatakan oleh ‘Aku yang mencintai dengan berfokus pada pertanyaan ini dalam kondisi nyaman. Saya pernah menanyakan ini kepada para konseli. Umumnya mereka menjawab seperti ini, “Tidak apa-apa. Siapa pun begitu’, “Kamu sudah melakukan yang terbaik. Sekarang juga sudah lumayan’, “Aku menyayangimu. Apa pun yang terjadi, jangan lupa bahwa kamu layak dicintai”.


Itu semua adalah ucapan yang ingin didengar oleh otak kita. Harga diri kita tidak dapat tumbuh karena kita tidak bisa mendengar kata-kata ini. Kita harus mendengar pesan yang disampaikan oleh ‘Aku yang mencintai. Harga diri perlahan-lahan akan pulih dan tumbuh setelah mendengarnya.


Agar bisa mendengar pesan yang dikirimkan oleh ‘Aku yang mencintai, kita harus melonggarkan pagar pembatas yang dibuat dan didirikan oleh ‘Aku yang menekan’. Inilah yang akan saya jelaskan. Cara merobohkan tembok harga diri yang kokoh.(Tim/Red)

Komentar

Tampilkan

Terkini